Komunikasi Kebidanan

BAB I
PENDAHULUAN

Kadang-kadang apa yang kita inginkan orang lain tahu maksud kita, tetapi pada kenyataannya tidak semua atau orang yang kita harapkan mengerti. Contohnya: seorang ibu hamil 5 bulan dan kehamilannya merupakan yang pertama, ia mencoba meminta sesuatu dengan mengatakan pada suaminya “saya mau mangga”. Dibayangan sang ibu adalah suaminya akan membelikan mangga muda dan ia akan memakan dengan nikmatnya.
 Sang ibu berpikir bahwa suaminya akan mengerti dengan mangga yang diinginkannya dan tidak perlu diberitahu mangga yang bagaimana yang harus dibeli sang suami. Kemudian sang suami membelikan mangga dan menyerahkannya. Ibu marah karena suaminya tidak membelikan mangga yang diinginkannya dan mengatakan suami tidak perhatian. Kemudian Suami berpikir apakah saya salah membelikan mangga ya!! 
Melihat kejadian di atas, bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita sering mempersepsikan apa yang kita inginkan pasti orang lain juga sama persepsinya. Begitu juga jika kita berhadapan dengan pasien maka yang perlu kita tanyakan apakah yang dimaksud pasien sama dengan yang kita pikirkan. Karena persepsi yang salah dapat menyebabkan seseorang menjadi tegang, tidak suka, tidak nyaman dan tidak puas. Untuk itu perlunya kita memahami persepsi agar orang menjadi senang, bahagia dan puas. 
Dengan demikian, maka menjadi keharusan adanya media yang menjebatani hal tersebut, yaitu komunikasi. Dalam dunia kebidanan dikenal dengan Komunikasi dan Konseling Kebidanan.
Makalah ini akan membahas tentang Komunikasi dan Konseling Kebidanan, semoga dapat memberikan sedikit gambaran dan tambahan pengetahuan bagi kita semua.




BAB II
KOMUNIKASI


A. Pengertian Komunikasi
Komunikasi sebagai kata benda (noun), communnication, berarti : (1) pertukaran simbol, pesan-pesan yang sama dan informasi; (2) proses pertukaran antara individu melalui sistem simbol-simbol yang sama; (3) seni untuk mengekspresikan gagasan; dan (4) ilmu pengetahuan tentang pengiriman informasi (Stuart, 1983). 
Beberapa pengertian komunikasi menurut beberapa pakar :
1. William Albig : komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang berarti antara individu. (Communication is the prosses of transmitting meoninfull symbols between individuals – buku public opinion).
2. Wilbur Schram : dalam uraiannya “How Communication Work” mengatakan komunikasi berasal dari bahasa latin, yaitu kata communio atau common. Bilamana kita mengadakan komunikasi itu berarti membagikan informasi …. agar si penerima maupun si pengirim sepaham atas suatu pesan tertentu. (communication comes from latin, communio = common when we communication are the sender tuned together for a particular message). Jadi esensi komunikan adalah menemukan dan memadukan si penerima dan si pengirim.
3. Onong Uchyana Effendy : dalam bukunya komunikasi : teori dan praktik mengatakan, komunikasi hakekatnya adalah proses penyimpanan pikiran atau perasaan oleh komunikator kepada komunikan.
4. Bennard Berelson dan Gary A. Steinner (1964:527) mendefinisikan komunikasi : ”communication: the transmission of information, ideas, emotions, skills, etc. by the uses of symbol…” (komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi). 
Dari beberapa pengertian diatas ada dua nilai : (1) informasi, berupa lambang, gambaran –> jadi stimulans; (2) persuasy, proses pemindahan, hendak mencapai satu sasaran sedangkan : pesan atau message adalah wujud dan proses pengoperannya. 
Secara ontologis kebenaran yang hakiki, komunikasi adalah perhubungan atau proses pemindahan dan pengoperan arti, nilai, pesan melalui media atau lambang-lambang apakah itu bahasa lisan, tulisan ataupun isyarat.
Secara aksiologis, komunikasi adalah proses pemindahan pesan dari komunikator kepada komunikan.
Komunikator (stimulus) —— memberikan rangsangan kepada komunikan.
- Sikap, ide, pemahaman, suatu pesan dapat dimengerti baik komunikator dan komunikan.
Secara epictomologis, komunikasi bertujuan merubah tingkah laku, merubah pola pikir, atau sikap orang lain. Untuk dapat membangun kebersamaan : mencapai ide yang sama demi satu tujuan yang sama. 
Paradigma Lasswell (Haroid D. Laswell)
Untuk memahami komunikasi dengan menjawab pertanyaan :
Who says what in which channel yo whom with what effect ?
- Siapa (mengatakan? komunikator, pengirim atau sumber)
- Apa message : pesan, ide, gagasan)
- Dengan saluran mana? (media channel dan sarana)
- Kepada siapa (komunikan, penerima, alamat)
- Dengan hasil/dampak apa? (effect à hasil komunikasi)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Komunikasi adalah : seni penyampaian informasi (peran, message, ide,sikap atau gagasan) dari komunikator untuk merubah serta permohonan yang dikehendaki komunikator. Jadi proses penyampaian informasi berdaya guna bagi komunikator maupun komunikan.

B. Unsur-Unsur Komunikasi
Komunikasi telah didefinisikan sebagai usaha penyampaian pesan antar manusia, sehingga untuk terjadinya proses komunikasi minimal terdiri dari 3 unsur yaitu : pengirim pesan (komunikator), penerima pesan (komunikan) dan pesan itu sendiri. Awal tahun 1960-an, David K. Berlo membuat formula komunikasi yang lebih sederhana yang dikenal dengan ”SMCR”, yaitu : Source (pengirim), Message (pesan), Channel (saluran-media) dan Receiver (penerima). 
1. Komunikator
Pengirim pesan (komunikator) adalah manusia berakal budi yang berinisiatif menyampaikan pesan untuk mewujudkan motif komunikasinya.
Komunikator dapat dilihat dari jumlahnya terdiri dari (a) satu orang; (b) banyak orang dalam pengertian lebih dari satu orang; (c) massa.
2. Komunikan 
Komunikan (penerima pesan) adalah manusia yang berakal budi, kepada siapa pesan komunikator ditujukan. 
Peran antara komunikator dan komunikan bersifat dinamis, saling bergantian. Dilihat dari jumlah komunikator dan komunikan, maka proses komunikasi dapat terjadi 9 kemungkinan.
3. Pesan
Pesan bersifat abstrak. Pesan dapat bersifat konkret maka dapat berupa suara, mimik, gerak-gerik, bahasa lisan, dan bahasa tulisan. 
Pesan bersifat verbal (verbal communication) : (1) oral (komunikasi yang dijalin secara lisan); (2) written (komunikasi yang dijalin secara tulisan).
Pesan bersifat non verbal (non verbal communication) : (1) gestural communication (menggunakan sandi-sandi à bidang kerahasiaan)
4. Saluran komunikasi & media komunikasi
Saluran komunikasi merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima.
Terdapat dua cara : (1) non mediated communication (face to face), secara langsung; (2) dengan media.
5. Efek komunikasi 
Efek komunikasi diartikan sebagai pengaruh yang ditimbulkan pesan komunikator dalam diri komunikannya. Terdapat tiga tataran pengaruh dalam diri komunikan : (1) kognitif (seseorang menjadi tahu sesuatu); (2) afektif (sikap seseorang terbentuk) dan (3) konatif (tingkah laku, hal yang membuat seseorang bertindak melakukan sesuatu).
6. Umpan balik 
Umpan balik dapat dimaknai sebagai jawaban komunikan atas pesan komunikator yang disampaikan kepadanya. Pada komunikasi yang dinamis, komunikator dan komunikan terus-menerus saling bertukar peran.

C. Komponen Komunikasi
Komponen komunikasi hampir sama dengan unsur-unsur komunikasi, yaitu : (1) komponen komunikan; (2) komponen komunikator; (3) komponen pesan; (4) komponen umpan balik.
1. Komponen komunikan 
Seseorang dapat dan akan menerima pesan apabila dalam kondisi sebagai berikut: 
a. Pesan komunikasi benar-benar dimengerti oleh penerima pesan
b. Pengambilan keputusan dilakukan secara sadar untuk mencapai tujuan
c. Pengambilan keputusan dilakukan secara sadar untuk kepentingan pribadinya
d. Mampu menempatkan baik secara mental atau fisik
2. Komponen komunikator
Komunikasi dapat berjalan efektif bila : adanya kepercayaaan dalam diri komunikator (self credibility) dan kepercayaan kepada komunikator mencerminkan pesan yang diterima komunikan dianggap benar serta sesuai kenyataan dan daya tarik komunikator (source attractiviness). 
3. Komponen pesan
Pesan dapat berupa nasehat, bimbingan, dorongan, informasi dll. Pesan dapat disampaikan lisan maupun non verbal.
4. Umpan balik
Merupakan respon yang diberikan oleh komunikan terhadap pesan yang diterimanya. Umpan balik dapat digunakan untuk mengukur besarnya informasi yang diterima dibandingkan dengan yang diterima.


D. Proses Komunikasi
Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yag efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya).Proses komunikasi, banyak melalui perkembangan.
Proses komunikasi dapat terjadi apabila ada interaksi antar manusia dan ada penyampaian pesan untuk mewujudkan motif komunikasi. Tahapan proses komunikasi adalah sebagai berikut : 
1. Penginterprestasian, yang diinterpretasikan adalah motif komunikasi, terjadi dalam diri komunikator. Artinya, proses komunikasi tahap 1 bermula sejak motif komunikasi muncul hingga akal budi komunikator berhasil menginterpretasikan apa yang ia pikir dan rasakan ke dalam pesan – masih abstrak. Proses penerjemahan motif komunikasi ke dalam pesan disebut interpreting. 
2. Penyandian, tahap ini masih ada dalam komunikator dari pesan yang bersifat abstrak berhasil diwujudkan akal budi manusia ke dalam lambang komunikasi. Tahap ini disebut encoding, akal budi manusia berfungsi sebagai encorder, alat penyandi : merubah pesan abstrak menjadi konkret. 
3. Pengiriman, proses ini terjadi ketika komunikator melakukan tindakan komunikasi, mengirim lambang komunikasi dengan peralatan jasmaniah yang disebut transmitter, alat pengirim pesan. 
4. Perjalanan, terjadi antara komunikator dan komunikan, sejak pesan dikirim hingga pesan diterima oleh komunikan.
5. Penerimaan, tahapan ini ditandai dengan diterimanya lambang komunikasi melalui peralatan jasmaniah komunikan.
6. Penyandian balik, tahap ini terjadi pada diri komunikan sejak lambang komunikasi diterima melalui peralatan yang berfungsi sebagai receiver hingga akal budinya berhasil menguraikannya (decoding). 
7. Penginterpretasian, tahap ini terjadi pada komunikan, sejak lambang komuikasi berhasil diurai dalam bentuk pesan. 
Proses komunikasi dapat dilihat dari beberapa perspektif :
1. Perspektif psikologis
Perspektif ini merupakan tahapan komunikator pada proses encoding, kemudian hasil encoding ditransmisikan kepada komunikan sehingga terjadi komunikasi interpersonal. 
2. Perspektif mekanis
Perspektif ini merupakan tahapan disaat komunikator mentransfer pesan dengan bahasa verbal/non verbal. Komunikasi ini dibedakan :
a. Proses komunikasi primer
Adalah penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan menggunakan lambang sebagai media.
b. Proses komunikasi sekunder
Merupakan penyampaian pesan dengan menggunakan alat setelah memakai lambang sebagai media pertama.
c. Proses komunikasi linier
Penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal.
d. Proses komunikasi sirkular
Terjadinya feedback atau umpan balik dari komunikan ke komunikator.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya proses komunikasi: Komunikasi bersifat dinamis, tahapan proses komunikasi bermanfaat untuk analisis, proses komunikasi dapat terhenti setiap saat, pesan komunikasi tidak harus diterima, tindak komunikasi merupakan indikasi komunikasi.

E. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi
Komunikasi sering mengalami gangguan sehingga proses komunikasi tidak seperti yang diharapkan. Banyak hal yang dapat mempengaruhi komunikasi diantaranya :


1. Latar belakang budaya
Interpretasi suatu pesan akan terbentuk dari pola pikir seseorang melalui kebiasaannya, sehingga semakin sama latar belakang budaya antara komunikator dengan komunikan maka komunikasi semakin efektif. 
2. Ikatan dengan kelompok atau grup
Nilai-nilai yang dianut oleh suatu kelompok sangat mempengaruhi cara mengamati pesan. 
3. Harapan 
Harapan mempengaruhi penerimaan pesan sehingga dapat menerima pesan sesuai dengan yang diharapkan. 
4. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan akan semakin kompleks sudut pandang dalam menyikapi isi pesan yang disampaikan.
5. Situasi
Perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan/ situasi. Faktor situasi ini adalah : 
a. Faktor ekologis (iklim atau kondisi alam); 
b. Faktor rancangan dan arsitektural (penaataan ruang); 
c. Faktor temporal, misal keadaan emosi ; 
d. Suasana perilaku, misal cara berpakaian dan cara berbicara; 
e. Teknologi;  
f. Faktor sosial, mencakup sistem peran, struktur sosial dan karakteristik sosial individu;
g. Lingkungan psikososial yaitu persepsi seseorang terhadap lingkungannya;
h. Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku.

F. Komunikasi Terapeutik
Komunikasi, menciptakan hubungan antara bidan dengan pasien untuk mengenal kebutuhan dan menentukan rencana tindakan. Kemampuan komunikasi tidak terlepas dari tingkah laku yang melibatkan aktifitas fisik, mental dan dipengaruhi oleh latar belakang sosial, pengalaman, usia, pendidikan dan tujuan.
1. Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yg direncanakan secara sadar, bertujuan dan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik mengarah pada bentuk komunikasi interpersonal. 
Northouse (1998: 12), komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan bidan untuk membantu pasien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis, dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. 
Stuart G.W. (1998), komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpesonal antara bidan dengan pasien, dalam hubungan ini bidan dan pasien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional pasien.
2. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Pada dasarnya tujuan dari Komunikasi Terapeutik antara lain :
a. Membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan serta pikiran.
b. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien.
c. Membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri.
Menurut Stuart, tujuan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan klien : 
a. Realisasi diri, penerimaan diri dan rasa hormat pada diri sendiri. 
b. Identitas diri yang jelas dan integritas diri yang tinggi. 
c. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang intim, saling tergantung dan mencintai. 
d. Peningkatan fungsi dan kemampuan yang memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistis.
3. Manfaat Komunikasi Terapeutik
Pada dasarnya manfaat dari Komunikasi Terapeutik antara lain :
a. Mendorong dan menganjurkan kerjasama antara bidan-pasien.
b. Mengidentifikasi, mengungkap perasaan dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan bidan.
c. Memberikan pengertian tingkah laku pasien dan membantu pasien mengatasi masalah yang dihadapi.
d. Mencegah tindakan yang negatif terhadap pertahanan diri pasien.
4. Ciri Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik mempunyai ciri sebagai berikut : 
a. Terjadi antara bidan dengan pasien, 
b. Mempunyai hubungan akrab dan mempunyai tujuan, 
c. Berfokus pada pasien yang membutuhkan bantuan, 
d. Bidan dengan aktif, mendengarkan dan memberikan respon pada pasien.
5. Unsur Komunikasi Terapeutik
Adapun komunikasi terapeutik mempunyai unsur sebagai berikut : 
a. Ada sumber proses komunikasi; 
b. Pesan disampaikan dengan penyandian balik (verbal & non verbal); 
c. Ada penerima; 
d. Lingkungan saat komunikasi berlangsung.
6. Prinsip Komunikasi Terapeutik 
Prinsip Komunikasi Terapeutik Menurut Carl Rogers adalah sebagai berikut : 
a. Bidan sebagai tenaga kesehatan harus mengenal dirinya sendiri,
b. Komunikasi ditandai dengan sikap menerima, percaya dan menghargai,
c. Bidan sebagai tenaga kesehatan harus paham, menghayati nilai yang dianut pasien,
d. Bidan sebagai tenaga kesehatan harus sadar pentingnya kebutuhan pasien,
e. Bidan sebagai tenaga kesehatan harus menciptakan suasana agar pasien berkembang tanpa rasa takut,
f. Bidan sebagai tenaga kesehatan menciptakan suasana agar pasien punya motivasi mengubah diri,
g. Bidan sebagai tenaga kesehatan harus menguasai perasaannya sendiri,
h. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan konsisten,
i. Bidan harus paham akan arti empati,
j. Bidan harus jujur dan berkomunikasi secara terbuka,
k. Bidan harus dapat berperan sebagai role model,
l. Mampu mengekspresikan perasaan,
m. Altruisme (panggilan jiwa) untuk mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain,
n. Berpegang pada etika,
o. Tanggung jawab
7. Teknik Menjalin Hubungan dengan Pasien
Syarat dasar komunikasi menjadi efektif (Stuart, 1998) adalah : 
a. Komunikasi ditujukan untuk menjaga harga diri pemberi dan penerima pesan. 
b. Komunikasi dilakukan dengan saling pengertian sebelum memberi saran, informasi dan masukan.
8. Jenis Komunikasi Terapeutik
Adapun Jenis dan Bentuk Komunikasi Terapeutik antara lain :
a. Mendengar dengan penuh perhatian
Usaha bidan mengerti pasien dengan cara mendengarkan masalah yang disampaikan pasien. Sikap bidan : pandangan ke pasien, tidak menyilangkan kaki dan tangan, menghindari gerakan yang tidak perlu, tubuh condong ke arah pasien.
b. Menunjukkan penerimaan
Mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku yang menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai. Sikap bidan : mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan, memberikan umpan balik verbal.
c. Menanyakan pertanyaan yg berkaitan
Tujuan : mendapatkan informasi yang spesifik mengenai masalah yang disampaikan pasien.
d. Mengulang ucapan pasien dengan kata-kata
Pemberian feedback dilakukan setelah bidan melakukan pengulangan kembali kata kata pasien.
e. Mengklarifikasi
Tujuan : untuk menyamakan pengertian.
f. Memfokuskan
Untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga percakapan lebih spesifik dan dimengerti.
g. Menyatakan hasil observasi
Bidan memberikan umpan balik pada pasien dengan menyatakan hasil pengamatannya sehingga pasien dapat menguraikan apakah pesannya diterima atau tidak.
h. Menawarkan informasi
Memberi tambahan informasi merupakan tindakan penyuluhan kesehatan untuk pasien.
i. Diam
Memberikan kesempatan pada bidan untuk mengorganisasikan pikiran dan memproses informasi.
j. Meringkas
Pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat. Manfaat : membantu, mengingat topik yang telah dibahas sebelum melanjutkan pembicaraan.
k. Memberikan penghargaan
Teknik ini tidak digunakan untuk menyatakan hal yang baik dan buruk.
l. Menawarkan diri
Menyediakan diri Anda tanpa respon bersyarat atau respon yang diharapkan; Memberi kesempatan kepada pasien untuk memulai pembicaraan; Memberi kesempatan kepada pasien untuk berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan.
m. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Tujuan dari menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan antara lain adalah untuk :
1) Memberi kesempatan pasien untuk mengarahkan seluruh pembicaraan, menafsirkan diskusi, bidan mengikuti apa yg sedang dibicarakan selanjutnya. 
2) Menempatkan kejadian dan waktu secara berurutan. 
3) Menguraikan kejadian secara teratur akan membantu bidan dan pasien untuk melihat dalam suatu perspektif. 
4) Menemukan pola kesukaran interpersonal klien.
n. Menganjurkan klien untuk menguraikan persepsi
Bidan harus dapat melihat segala sesuatu dari perpektif pasien.
o. Perenungan 
Memberikan kesempatan untuk mengemukakan dan menerima ide serta perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri.
9. Tahap Interaksi dengan Pasien
a. Pre interaksi
Adalah masa persiapan sebelum mengevaluasi dan berkomunikasi dengan pasien. Pada masa ini bidan perlu membuat rencana interaksi dengan pasien yaitu : melakukan evaluasi diri, menetapkan tahapan hubungan/ interaksi, merencanakan interaksi.
b. Perkenalan
Adalah kegiatan yang dilakukan saat pertama kali bertemu. Hal yang perlu dilakukan bidan adalah : memberi salam; memperkenalkan diri; menanyakan nama pasien; menyepakati pertemuan (kontrak); melengkapi kontrak; menyepakati masalah pasien; mengakhiri perkenalan.
c. Orientasi
Fase ini dilakukan pada awal setiap pertemuan kedua dst. Tujuan : memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan pasien dan mengevaluasi hasil tindakan yg lalu. Hal yang harus diperhatikan : memberi salam; memvalidasi keadaan psien; mengingatkan kontrak.
d. Fase kerja
Merupakan inti hubungan bidan-klien yang terkait erat dengan pelaksanaan rencana tindakan kebidanan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.


Tujuan tindakan kebidanan antara lain adalah : 
1) Meningkatkan pengertian dan pengenalan pasien tentang diri, perasaan, pikiran dan perilakunya (tujuan kognitif). 
2) Mengembangkan, mempertahankan,dan meningkatkan kemampuan pasien secara mandiri menyelesaikan masalah yang dihadapi (tujuan afektif & psikologi). 
3) Melaksanakan terapi/ klinis kebidanan. 
4) Melaksanakan pendidikan kesehatan. 
5) Melaksanakan kolaborasi. 
6) Melaksanakan observasi dan pemantauan.
e. Fase terminasi
Merupakan akhir dari setiap pertemuan bidan dengan pasien. Klasifikasi terminasi :
1) Terminasi sementara : akhir dari tiap pertemuan bidan dengan pasien; terdiri dari tahap evaluasi hasil, tahap tindak lanjut dan tahap untuk kontrak yang akan datang. 
2) Terminasi akhir : terjadi jika pasien akan pulang dari rumah sakit atau bidan selesai praktik. Isi percakapan antara bidan dengan pasien meliputi tahap evaluasi hasil, isi percakapan tindak lanjut dan tahap eksplorasi perasaan.
10. Faktor Penghambat Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik dapat mengalami hambatan diantaranya :
a. Pemahaman berbeda; 
b. Penafsiran berbeda; 
c. Komunikasi yang terjadi satu arah; 
d. Kepentingan berbeda; 
e. Pemberian jaminan yang tidak mungkin; 
f. Bicara hal-hal yang pribadi; 
g. Menuntut bukti, penjelasan dan tantangan; 
h. Mengalihkan topik pembicaran; 
i. Memberikan kritik mengenai perasaan pasien; 
j. Terlalu banyak bicara; 
k. Memperlihatkan sifat jemu dan pesimis.
11. Komunikasi Terapeutik dalam Kebidanan
Komunikasi terapeutik dalam kebidanan meliputi :
a. Pengkajian 
Menentukan kemampuan dalam proses informasi; mengevaluasi data tentang status mental pasien; mengevaluasi kemampuan pasien dalam berkomunikasi; mengobservasi kejadian yang terjadi; mengidentifikasi perkembangan pasien; menentukan sikap pasien; mengkaji tingkat kecemasan pasien.
b. Rencana tujuan 
Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sendiri; membantu pasien menerima pengalaman; meningkatkan harga diri pasien; memberi support; tenaga kesehatan dan pasien sepakat untuk berkomunikasi secara terbuka.
c. Implementasi
Memperkenalkan diri pada pasien; memulai interaksi dengan pasien; membantu pasien mendapatkan gambaran pengalamannya; menganjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaan; menggunakan komunikasi untuk meningkatkan harga diri pasien.
d. Evaluasi
Pasien dapat mengembangkan kemampuan dalam mengkaji dan memenuhi kebutuhan; komunikasi menjadi lebih jelas, terbuka, dan terfokus pada masalah; membantu menciptakan lingkungan yang dapat mengurangi kecemasan.

G. Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication)
1. Definisi dan Pendekatan KAP
KAP adalah komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang (Wiryanto, 2004).
Komunikasi Interpersonal (KIP) adalah interaksi orang ke orang, dua arah, verbal dan non verbal. Saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antar individu di dalam kelompok kecil (Febrina, 2008). 
KIP Antara Dua Orang adalah komunikasi dari seseorang ke orang lain, dua arah interaksi verbal dan nonverbal yang menyangkut saling berbagi informasi dan perasaan.
KIP Antara Tiga Orang/ lebih, menyangkut komunikasi dari orang ke beberapa oarng lain (kelompok kecil). Masing-masing anggota menyadari keberadaan anggota lain, memiliki minat yang sama dan/atau bekerja untuk suatu tujuan.
Tiga pendekatan utama tentang pemikiran KAP berdasarkan:
a. Komponen-komponen utama
Bittner (1985:10) menerangkan KAP berlangsung, bila pengirim menyampaikan informasi berupa kata-kata kepada penerima dengan menggunakan medium suara manusia (human voice).
Menurut Barnlund (dikutip dalam Alo Liliweri : 1991), ciri-ciri mengenali KAP sebagai berikut :
1) Bersifat spontan; 
2) Tidak berstruktur; 
3) Kebetulan; 
4) Tidak mengejar tujuan yang direncanakan; 
5) Identitas kenggotaan tidak jelas; 
6) Terjadi sambil lalu.
b. Hubungan diadik
Hubungan diadik mengartikan KAP sebagi komunikasi yang berlangsung antara dua orang yang mempunyai hubungan mantap dan jelas.
Untuk memahami perilaku seseorang, harus mengikutsertakan paling tidak dua orang peserta dalam situasi bersama (Laing, Phillipson, dan Lee (1991:117).
Trenholm dan Jensen (1995:26) mendefinisikan KAP sebagai komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka (komunikasi diadik). Sifat komunikasi ini adalah : 
1) Spontan dan informal; 
2) Saling menerima feedback secara maksimal; 
3) Partisipan berperan fleksibel.
Trenholm dan Jensen (1995:227-228) mengatakan tipikal pola interaksi dalam keluarga menunjukkan jaringan komunikasi.
c. Pengembangan
KAP dapat dilihat dari dua sisi sebagai perkembangan dari komunikasi impersonal dan komunikasi pribadi atau intim. Oleh karena itu, derajat KAP berpengaruh terhadap keluasan dan kedalaman informasi sehingga merubah sikap.
Pendapat Berald Miller dan M. Steinberg (1998: 274), pandangan developmental tentang semakin banyak komunikator mengetahui satu sama lain, maka semakin banyak karakter antarpribadi yang terbawa dalam komunikasi tersebut.
Edna Rogers (2002: 1), mengemukakan pendekatan hubungan dalam menganalisis proses KAP mengasumsikan bahwa KAP membentuk struktur sosial yang diciptakan melalui proses komunikasi.
Ciri-ciri KAP menurut Rogers adalah : 
a. Arus pesan dua arah; 
b. Komteks komunikasi dua arah; 
c. Tingkat umpan balik tinggi; 
d. Kemampuan mengatasi selektivitas tinggi; 
e. Kecepatan jangkauan terhadap khalayak relatif lambat; 
f. Efek yang terjadi perubahan sikap.
2. Efektifitas KAP
KAP merupakan komunikasi paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang.
Menurut Kumar (2000: 121-122), lima ciri efektifitas KAP sebagai berikut : 
1) Keterbukaan (openess); 
2) Empati (empathy); 
3) Dukungan (supportiveness); 
4) Rasa positif (positiveness) ; 
5) Kesetaraan (equality).
Feedback yang diperoleh dalam KAP berupa feedback positif, negatif dan netral. Prinsip mandasar dalam komunikasi manusia berupa penerusan gagasan.
David Berlo (1997:172) mengembangkan konsep empati menjadi teori komunikasi. Empat tingkat ketergantungan komunikasi adalah : 
1) Peserta komunikasi memilih pasangan sesuai dirinya; 
2) Tanggapan yang diharapkan berupa umpan balik; 
3) Individu mempunyai kemampuan untuk menanggapi, mengantisipasi bagaimana merespon informasi, serta mengembangkan harapan-harapan tingkah laku partisipan komunikasi; 
4) Terjadi pergantian peran untuk mencapai kesamaan pengalaman dalam perilaku empati.
Berlo membagi teori empati menjadi dua : 
1) Teori Penyimpulan (inference theory), orang dapat mengamati atau mengidentifikasi perilakunya sendiri; 
2) Teori Pengambilan Peran (role taking theory), seseorang harus lebih dulu mengenal dan mengerti perilaku orang lain.
Tahapan proses empati :
1) Kelayakan (decentering) ; bagaimana individu memusatkan perhatian kepada orang lain dan mempertimbangkan apa yang dipikirkan & dikatakan orla tersebut.
2) Pengambilan peran (role taking) ; mengidentifikasikan orang lain ke dalam dirinya, menyentuh kesadaran diri melalui orang lain.
Tingkatan dalam pengambilan peran antara lain :
a) Tingkatan budaya (cultural level), mendasarkan keseluruhan karakteristik dari norma dan nilai masyarakat. 
b) Tingkatan sosiologis (sociological level), mendasarkan pada asumsi sebagian kelompok budaya. 
c) Tingkatan psikologis (psycological level), mendasarkan pada apa yang dialami oleh individu.
3. Empati komunikasi (empathic communication),
Meliputi penyampaian perasaan, kejadian, persepsi atau proses yang menyatakan tidak langsung perubahan sikap/ perilaku penerima.
Blumer mengembangkan pemikiran Mead melalui pokok pikiran interaksionisme simbolik yaitu “Manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna (meaning) yang dipunyai objek tersebut bagi dirinya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Komunikasi memberikan bimbingan kepada peserta komunikasi untuk saling berbagi asumsi, perspektif dan pengertian mengenai informasi yang dibicarakan untuk memudahkan proses empati.



















BAB III
KONSELING

A. Definisi Konseling
Konseling merupakan proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut. (Saefudin, Abdul Bari : 2002).
Proses pemberian bantuan seseorang kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien.
Proses melalui satu orang membantu orang lain dengan komunikasi, dalam kondisi saling pengertian bertujuan untuk membangun hubungan, orang yang mendapat konseling dapat mengekspresikan pikiran& perasaannya dengan cara tertentu sesuai dengan situasi, melalui pengalaman baru, mamandang kesulitan objektif sehingga dapat menghadapi masalah dengan tidak terlalu cemas dan tegang.( SCA.C STEERING COOMUTE, 1996).
Jadi konseling kebidanan adalah bantuan kepada orang lain dalam bentuk wawancara yang menuntut adanya komunikasi, interaksi yang mendalam dan usaha bersama antara konselor (bidan) dengan konseli (klien) untuk mencapai tujuan konseling yang dapat berupa pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan ataupun perubahan tingkah laku/ sikap dalam ruang lingkup pelayanan kebidanan”.

B. Tujuan Konseling
Tujuan konseling antara lain adalah :
1. Pemecahan masalah, meningkatkan efektifitasindividu dalam pengambilan keputusan secara tepat.
2. Pemenuhan kebutuhan, menghilangkan perasaan yang menekan/ mengganggu.
3. Perubahan sikap dan tingkah laku.
C. Langkah Konseling
Ada 3 langkah pokok konseling yang harus dilaksanakan yaitu : 
1. Pendahuluan, menciptakan kontak mengumpulkan data klien untuk mencari tahu penyebabnya; 
2. Bagian inti/ pokok , mencari jalan keluar dan menentukan jalan keluar yang harus dipilih; 
3. Bagian akhir, penyimpulan dari seluruh aspek kegiatan dan merupakan tahap penutupan untuk pertemuan berikutnya.

D. Prinsip Dasar Konseling
Kemampuan menolong orang lain digambarkan dalam sejumlah keterampilan yang digunakan seseorang sesuai dengan profesinya yang meliputi (HOPSAN, 1978) : 
1. Pengajaran; 
2. Nasehat dan bimbingan ; 
3. Pengambilan tindakan langsung; 
4. Pengelolaan ; 
5. Konseling 

E. Fungsi Konseling Kebidanan
Fungsi konseling antara lain adalah :
1. Pencegahan : mencegah timbulnya masalah kesehatan.
2. Penyesuaian : membantu klien mengalami perubahan biologis, psikologis, kultural dan lingkungan .
3. Perbaikan : perbaikan terjadi bila ada penyimpangan perilaku klien
4. Pengembangan : meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta peningkatan derajat kesehatan.

F. Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Konseling
Hal yang harus diperhatikan dalam konseling anta lain adalah :
1. Iklim psikologis, suasana percakapan : Iklim psikologis, tindakan, perilaku, sikap dari orang lain yang mempunyai dampak terhadap diri kita. Contoh : bidan otoriter kepada klien -> feed back negatif.
2. Sikap Konselor (Bidan) menurut “Rogers”, yaitu :
a. Acceptance(Menerima) : Konselor menunjukkan sikap menerima, sehingga konseli merasa tidak ditolak, diacuhkan, didikte, tapi melainkan konseli merasa bahwa ia diterima sebagai dirinya sendiri. Terima klien dengan sikap terbuka dan apa adanya. Konselor memperhatikan tanpa pamrih, tanpa menguasai klien. Tulus dan ikhlas. Konselor harus menghargai konseli, apapun yang dikatakan konseli. Beri kesempatan pada klien untuk mengemukakan keluhan-keluhannya.
b. Sikap tidak menilai
c. Sikap percaya terhadap konseli
3. Alam pikiran dari konseli ?dilihat dari dalam diri konseli sendiri
4. Situasi konseling, persamaan persepsi sampai mendapat pengertian.

G. Teknik Konseling
Teknik konseling ada 3 yaitu :
1. Pendekatan authoritatian atau directive, pusat dari keberhasilan konseling adalah dari konselor.
2. Pendekatan non-directive atau conselei centred, konseli diberikan kesempatan untuk memimpin proses konseling dan memecahkan masalah sendiri.
3. Pendekatan edetic, konselor menggunakan cara yang baik sesuai dengan masalah konseli.

H. Proses Konseling
Proses konseling terdiri dari 3 unsur kegiatan yaitu :
1. Pembinaan hubungan baik (rapport)
Pembinaan hubungan baik dimulai sejak awal pertemuan dengan klien dan perlu dijaga seterusnya dengan :
a. Memberi salam pada awal setiap pertemuan.
b. Memperkenalkan diri
c. Menciptakan suasana nyaman dan aman.
d. Memberikan perhatian penuh pada klien (SOLER).S :Face your clients Squarely (menghadap klien) & Smile/ nod at clients (senyum/ mengganggukkan kepala). O :Open and Non Judgemental Facial Expression (ekspresi muka menunjukkan sikap terbuka dan tidak menilai). L : Lean Towards Client (tubuh condong kearah klien). E : Eye Contact in a culturally- Acceptable Manner (kontak mata/ tatap mata sesuia dengan cara yang diterima budaya setempat). R : Relaxed and Friendly Manner (santai dan sikap bersahabat).
e. Bersabar
f. Tidak memotong pembicaraan klien
2. Pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan perencanaan.
Setelah mendapatkan dan memberikan cukup informasi sesuai dengan masalah dan kondisi klien, konselor membantu klien memecahkan masalah yang dihadapi atau membuat perencanaan untuk mengatasi masalah. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan adalah (1) fisik, (2) emosional, (3) rasional, (4) praktikal, (5) interpesonal, (6) struktural.
3. Menindaklanjuti pertemuan 
Menindaklanjuti pertemuan konseling dengan membuat rangkuman, merencanakan pertemuan selanjutnya/ merujuk klien.

I. Faktor Penghambat Konseling
Faktor penghambat dalam konseling antara lain :
1. Faktor individual 
Keterikatan budaya merupakan faktor individual yang dibawa seseorang dalam melakukan interaksi. Orientasi ini merupakan gabungan dari : 
a) Faktor fisik atau kepekaan panca indera, usia dan seks; 
b) Sudut pandang terhadap nilai-nilai; 
c) Faktor sosial pada sejarah keluarga dan relasi, jaringan sosial, peran dalam masyarakat, status sosial; 
d) Bahasa.
2. Faktor yang berkaitan dengan interaksi :
a. Tujuan dan harapan terhadap komunikasi; 
b. Sikap terhadap interaksi; 
c. Pembawaan diri terhadap orang lain; 
d. Sejarah hubungan.
3. Faktor situasional
Kompetensi dalam melakukan percakapan : Komunikasi dikatakan efektif bila ada sikap perilaku kompeten dari kedua belah pihak. Keadaan yang dapat menyebabkan putusnya komunikasi adalah :
a) Kegagalan informasi penting; 
b) Perpindahan topik bicara; 
c) Tidak lancar; 
d) Salah pengertian.

J. Hasil Pelayanan Konseling Kebidanan
Harapan bidan setelah dilaksanakan konseling adalah kemandirian klien dalam :
1. Peningkatan kemampuan klien dalam mengenali masalah, merumuskan pemecahan masalah, menilai hasil tindakan dengan tepat.
2. Klien mempunyai pengalaman dalam menghadapi masalah kesehatan.
3. Klien merasa percaya diri dalam menghadapi masalah.
4. Munculnya kemandirian dalam pemecahan masalah kesehatan.

K. Macam-Macam Klien dalam Asuhan Kebidanan
Sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup pelayanan kebidanan, maka bidang konseling kebidanan meliputi:
 Komunikasi pada bayi & balita.
 Komunikasi remaja.
 Komunikasi pada calon orang tua.
 Komunikasi pada ibu hamil.
 Komunikasi pada ibu bersalin.
 Komunikasi pada ibu nifas.
 Komunikasi pada ibu menyusui.
 Komunikasi pada akseptor KB.
 Komunikasi pada masa klimakterium & menopause.
 Komunikasi pada wanita dengan gangguan reproduksi.

1. Komunikasi pada bayi & balita
Komunikasi pada bayi dimulai sejak kelahiran sejak bayi mulai menangis sampai lancar berbicara. Fase pertumbuhan dan perkembangan komunikasi bayi meliputi : (1) fase prelinguistic; (2) kata pertama; (3) kalimat pertama; (4) kemampuan bicara egosentris dan memasyarakat; (5) perkembangan semantik
a) Fase Prelinguistic 
Suara pertama kali yang dikeluarkan bayi baru lahir adalah tangisan. Hal tersebut sebagai reaksi perubahan tekanan udara dan suhu luar uterin. Bayi menangis dikarenakan lapar, tidak nyaman oleh karena basah, kesakitan atau minta perhatian. Bunyi refleksi (reflek vocal) juga termasuk dalam fase prelinguistic, yang meliputi : (a) Babling (meraban), fase ini dimulai ketika bayi tahu suaranya, senang mendengar suaranya dan kemudian diulang seperti berbicara sendiri. (b) Echolalia, mengulang gema suara dari suara yang diucapkan orang lain.
b) Kata Pertama
Bayi merespon terhadap kata-kata familier. Fase ini dimulai usia 4-5 bulan.
c) Kalimat Pertama
Periode ini dikenal sebagai permulaan berbicara komplit. Usia 2 tahun sudah mulai menyusun kata-kata.
d) Kemampuan Bicara Egosentris dan Memasyarakat
Kemampuan berbicara egosentris meliputi : (a) Repetitif (pengulangan); (b) Monolog (berbicara satu arah); (c) Monolog kolektif. Menurut Lev Vygotsky, bicara egosentris merupakan petunjuk dan bantuan bagi anak dalam menyelesaikan masalahnya sendiri.
e) Perkembangan Semantik
Semantik adalah pengetahuan yang mempelajari arti kata pada bahasa yang diajarkan. Fase ini mulai memahami arti konkrit dan jenis kata konkrit dan mulai mengetahui arti kata abstrak. Faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa adalah : (1) intelegensi (kecerdasan); (2) jenis kelamin; (3) bilingual (dua bahasa); (4) status tunggal atau kembar; (5) rangsangan/ dorongan orang tua.
Proses komunikasi mengikuti perkembangan psikologis anak. Dalam hal ini, kontak kasih sayang orang tua dan anak, dapat memperkuat kepribadian anak. Bidan dapat memberikan dorongan, bantuan kepada ibu serta pihak lain dalam memberi dukungan rangsangan aktif dalam bahasa dan emosi.
Adapun cara memberikan dukungan rangsangan aktif adalah : (1) memperbaiki model orang tuanya; (2) mendorong kemampuan komunikasi verbal dan non verbal; (3) memberikan anak pengalaman untuk berbicara; (4) mendorong anak untuk mendengar; (5) menggunakan kata yang pasti dan benar.
Prinsip komunikasi efektif pada anak meliputi : (1) kesabaran mendengar; (2) role playing, bermain peran sebagai guru, ayah-ibu dan sebagainnya yang dapat mengekspresikan kemampuan anak dalam hal pikiran, emosi, perasaan dan keinginan mereka secara bebas.
2. Komunikasi Remaja
Tujuan komunikasi pada remaja adalah memberikan pemahaman dan upaya penyesuaian diri terhadap perubahan fisik dan emosi yang terjadi. Bidan perlu menjalin hubungan komunikasi terbuka, mengungkapkan hal-hal yang belum diketahui oleh remaja. 
Permasalahan yang dapat diselesaikan dalam bentuk komunikasi terapeutik pada remaja misalnya; perubahan fisik/ biologis sesuai usia, perubahan emosi dan perilaku remaja, kehamilan pada remaja, narkotika, kenakalan remaja dan hambatan dalam belajar.
Adapun komunikasi yang efektif pada remaja, seorang bidan harus memperhatikan : (1) kenyamanan remaja dalam menerima informasi; (2) cara pandang remaja dalam mensikapi pesan yang disampaikan; (3) memfokuskan persoalan yang akan disampaikan; (4) menggunakan bahasa yang mudah dimengerti; (5) menjalin sikap terbuka dan menumbuhkan kepercayaan; (6) menjalin keakraban dengan remaja.
3. Komunikasi Pada Calon Ibu
Komunikasi terapeutik pada calon ibu perlu memperhatikan dan mempelajari kondisi psikologis wanita. Bidan dapat melakukan komunikasi teraupetik pada calon ibu dengan menitikberatkan pada : (a) memberikan penjelasan tentang fisiologis menstruasi; (b) memberikan bimbingan tentang perawatan diri sehubungan dengan peristiwa menstruasi; (c) memberi bimbingan pra perkawinan; (d) pendidikan kesehatan calon ibu; (e) memberikan pemahaman dan upaya penyesuaian diri terhadap perubahan fisik dan emosi serta peran yang terjadi.
4. Komunikasi Pada Ibu Hamil
Kehamilan memberikan perubahan baik secara fisiologis maupun psikologis bagi ibu hamil. Perubahan-perubahan yang bersifat fisiologis misalnya; pusing, mual, tidak nafsu makan, BB bertambah dan sebagainya. Sedangkan perubahan psikologis yang menyertai ibu hamil diantaranya; ibu menjadi mudah tersinggung, bangga dan bergairah dengan kehamilannya dan sebagainya.
Adapun pelaksanaan komunikasi bagi ibu hamil, bidan diharapkan a) mampu melaksanakan asuhan dan tindakan pemeriksaan, pendidikan kesehatan dan segala bentuk pelayanan kebidanan ibu hamil; (b) dengan adanya komunikasi terapeutik diharapkan dapat meredam permasalahan psikososial yang berdampak negatif bagi kehamilan; (c) membantu ibu sejak pra konsepsi untuk mengorganisasikan perasaannya, pikirannya untuk menerima dan memelihara kehamilannya.
5. Komunikasi Pada Ibu Bersalin
Proses persalinan merupakan hal yang fisiologis yang dialami oleh setiap wanita dan setiap individu berbeda-beda. Perubahan fisiologis pada ibu bersalin diantaranya: terjadi kontraksi uterus, otot-otot pangggul dan jalan lahir mengalami pemekaran, dsb. Sedangkan perubahan psikologis yang sering terjadi pada ibu bersalin adalah rasa cemas pada kondisi bayinya saat lahir, kesakitan saat kontraksi dan nyeri, ketakutan saat melihat darah, dsb.
Pelaksaanaan komunikasi pada saat ini, tidak hanya ditujukan pada ibu yang akan melahirkan, tetapi juga pada pemdamping ibu. Dalam hal ini, dapat suami ataupun keluarga yang laiinya. Komunikasi ini ditujukan untuk memberikan dukungan/ motivasi moral baik untuk ibu maupun keluarga. Komunikasi ibu bersalin difokuskan pada teknik saat bersalin dengan menerapkan asuhan sayang ibu, penyampaian pesan diberikan secara jelas dan memberikan rasa nyaman.
6. Komunikasi Pada Ibu Nifas
Ibu setelah melahirkan akan mengalami fase ini yaitu fase ibu nifas. Ibu nifas juga mengalami perubahan-perubahan yang bersifat fisiologis maupun psikologis. Oleh karena itu, diperlukan juga komunikasi pada saat nifas. Perubahan fisiologis pada ibu nifas meliputi: proses pengembalian fungsi rahim, keluarnya lochea, dsb. Sedangkan perubahan psikologis meliputi: perasaan bangga setelah melewati proses persalinan, bahagia bayi telah lahir sesuai dengan harapan, kondisi-kondisi yang membuat ibu sedih saat nifas (keadaan bayi tidak sesuai harapan, perceraian, dsb).
Pelaksanaan komunikasi yang dilakukan bidan pada ibu nifas harus memperhatikan kestabilan emosi ibu, arah pembicaraan terfokus pada penerimaan kelahiran bayi, penyampaian informasi jelas dan mudah dimengerti oleh ibu dan keluarga, dsb.
7. Komunikasi Pada Ibu Menyusui
Perubahan fisiologis yang dialami pada ibu menyusui diantaranya: pembesaran kelenjar susu oleh karena hormon, pengeluaran ASI. Perubahan psikologis ibu menyusui meliputi: kecemasan ibu dalam ketidaksanggupan dalam perawatan bayi, pemberian ASI tidak maksimal, ketakutan dalam hal body image, cemas akan kondosi bayinya. Komunikasi bidan pada saat menyusui sangat diperlukan ibu untuk pemberian motivasi dengan peranan ibu dalam kesuksesan pemberian dan perawatan bayinya.
8. Komunikasi Pada Klien KB
Tidak semua akseptor KB mengalami kenyamanan dalam menggunakan alat kontrasepsi. Ada juga yang mengalami perubahan baik secara fisiologis maupun psikologis setelah penggunaan alat kontrasepsi. Perubahan fisiologis yang sering terjadi adalah akibat dari efek samping penggunaan alat kontrasepsi tersebut. Misalnya pusing, BB bertambah, timbul flek-flek di wajah, gangguan menstruasi, keputihan, gangguan libido, dll. Adapun perubahan psikologis yang dialami adalah kecemasan atau ketakutan akan keluhan-keluhan yang terjadi, kegagalan dalam pemakaian alat kontrasepsi.
Pelaksanaan komunikasi bagi akseptor KB yaitu terfokus pada KIE efek samping kontrasepsi dan cara mengatasinya, cara kerja dan penggunaan alat kontrasepsi.
9. Komunikasi Pada Wanita Menopause dan Klimakterium
Pada fase ini wanita juga mengalami perubahan fisiologis dan perubahan psikologis. Perubahan fisiologis yang dapat terjadi misalnya hot flash, keringat dingin, haid tidak teratur, dispareuni, jantung berdebar-debar, dll. Adapun perubahan yang bersifat psikologis adalah kecemasan terhadap keluhan-keluhan yang dialami.
Pelaksanaan komunikasi pada wanita menopause dan klimakterium ini adalah (a) pemberian penjelasan tentang pengertian, tanda menopause; (b) deteksi dini terhadap gangguan yang terjadi pada masa ini; (c) pemberian informasi tentang pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi; (d) membantu klien dalam pengambilan keputusan; (e) pemakaian alat bantu dalam emberian KIE; (f) melakukan komunikasi dengan pendekatan biologis, psikologis dan sosial budaya.
Prinsip komunikasi pada masa menopause adalah (1) fungsi kognitif terdiri dari: kemampuan belajar (learning), kemampuan pemahaman (comprehension), kinerja (performance), pemecahan masalah (problem solving), daya ingat (memory), motivasi, pengambilan keputusan, kebijaksanaan. (2) fungsi afektif, fenomena kejiwaan yang dihayati secara subyektif sebagai sesuatu yang menimbulkan kesenangan atau kesedihan. (3) fungsi konatif (psikomotor), fungsi psikis yang melaksanakan tindakan dari apa yang diolah melalui proses berpikir dan perasaan ataupun keduanya.
10. Komunikasi Pada Wanita dengan Gangguan Sistem Reproduksi
Wanita dengan gangguan sistem reproduksi akan mengalami gangguan atau perubahan yang bersifat fisiologis maupun psikologis. Perubahan fisiologis yang terjadi seperti keputihan, gangguan haid, penyakit menular seksual, dll. Sedangkan perubahan yang bersifat psikologis diantaranya ibu cemas, takut akan masalah-masalah yang terjadi dan ketidaksiapan dalam menerima kenyataan.
Pelaksanaan komunikasi pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi adalah penjelasan kemungkinan penyebab gangguan yang dialaminya, deteksi dini terhadap kelainan sehubungan dengan gangguan reproduksi, pemberian informasi tentang layanan kesehatan, membantu dalam pengambilan keputusan dan pemberian support mental.











BAB IV
PROSES DAN PRAKTIK
KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KONSELING 
DALAM PELAYANAN KEBIDANAN


A. Pengertian Komunikasi Interpersonal dan Konseling
Komunikasi Interpersonal adalah interaksi orang ke orang, dua arah, verbal dan non verbal. Saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antar individu di dalam kelompok kecil.
Konseling kebidanan adalah pertolongan dalam bentuk wawancara yang menuntut adanya komunikasi interaksi yang mendalam, dan usaha bersama bidan dengan pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan, ataupun perubahan tingkah laku atau sikap dalam ruang lingkup pelayanan kebidanan.
Konselor adalah orang yang memberi nasehat, memberi arahan kepada orang lain (klien) untuk memecahkan masalahnya. Sedangkan konseli adalah orang yang mencari (membutuhkan) advis atau nasehat.
Tujuan Konseling meliputi mencapai kesehatan psikologi yang positif; memecahkan masalah meningkatkan efektifitas pribadi individu; membantu perubahan pada diri individu yang bersangkutan; membantu mengambil keputusan secara tepat dan cermat; adanya perubahan prilaku dari yang tidak menguntungkan menjadi menguntungkan.
Hal-hal yang harus diperhatikan bidan sebagai konselor adalah (1) membentuk kesiapan konseling, (2) memperoleh informasi, (3) evaluasi psikodiagnostik.
1. Kesiapan Konseling
Faktor yang mempengaruhi kesiapan konseling adalah motivasi memperoleh bantuan, pengetahuan klien tentang konseling, kecakapan intelektual, tingkat tilikan terhadap masalah, dan harapan terhadap peran konselor.
Hambatan dalam persiapan konseling: (1) penolakan, (2) situasi fisik, (3) pengalaman konseling yang tidak menyenangkan, (4) pemahaman konseling kurang, (5) pendekatan kurang, (6) iklim penerimaan pada konseling kurang.
Penyiapan klien antara lain : (a) Orientasi pra konseling; (b) teknik survey terhadap masalah klien;(c) memberikan informasi pada klien; (d) pembicaraan dengan berbagai topik; (e) menghubungi sumber-sumber referal.
2. Memperoleh Riwayat Kasus
Riwayat kasus merupakan kumpulan informasi ssistematis tentang kehidupan sekarang dan masa lalu. Riwayat kasus kebidanan, biasanya tercatat dalam rekam medis.
3. Psikodiagnostik
Psikodiagnostik meliputi pernyataan masalah klien, perkiraan sebsb-sebab kesulitan; kemungkinan teknik konseling; perkiraan hasil konseling.

B. Langkah-Langkah Konseling
Langkah-langkah konseling terbagi menjadi tiga bagian yaitu :
1. Pendahuluan
Merupakan kegiatan untuk menciptakan kontak, melengkapi data klien untuk merumuskan penyebab masalah dan menentukan jalan keluar.
2. Bagian Inti/ Pokok
Bagian ini mencakup kegiatan mencari jalan keluar, memilih salah satu jalan keluar dan melaksanakan jalankeluar tersebut.
3. Bagian Akhir
Merupakan kegaitan akhir dari konseling yang meliputi penyompulan dari seluruh aspek kegiatan. Langkah ini merupakan langkah penutupan dari pertemuan dan penetapan untuk pertemuan berikutnya.
Tujuan/ harapan dari pelayanan konseling yang telah dilakukan adalah :
1. Peningkatan kemampuan klien dalam upaya mengenal masalah, merumuskan alternatif pemecahan masalah, dan manilai hasil tindakan secara tepat dan cermat. 
2. Klien memeiliki pengalaman dalam menghadapi masalah dan pelaksanaan pemecahan masalah kesehatan. 
3. Adanya kemandirian dalam pemecahan masalah.

C. Perbedaan Konseling dengan Nasehat
1. Nasehat
Memberitahukan klien apa yang sebaiknya klien lakukan, menghakimi perilakunya di masa lalu dan sekarang.
2. Konseling
Memberikan fakta-fakta sehingga klien dapat membuat keputusan, membuat klien bertanya dan mendiskusikan masalah pribadinya.

D. Proses Konseling
Hubungan antara konselor dan klien adalah inti proses konseling. Proses konseling meliputi :
1. Pembinaan dan pemantapan hubungan baik (rapport)
“En rapport” mempunyai makna saling memahami dan mengenal tujuan bersama. Tujuannya adalah menjembatani hubungan antara konselor dengan klien, sikap penerimaan dan minat yang mendalam terhadap klien dan masalahnya. Beberapa teknik untuk menguasai rapport adalah memberikan salam; memperkenalkan diri; topik pembicaraan yangs sesuai; menciptakan suasanan yang aman dan nyaman; sikap hangat, realisasi tujuan bersama, menjamin kerahasiaan, kesadaran terhadap hakekat klien.
2. Pengumpulan dan pemberian informasi
Pengumpulan dan pemberian informasi merupakan tugas dari konselor. Hal ini dapat dilakukan dengan cara: mendengar keluhan klien, mengamati komunikasi non verbal klien, bertanya riwayat kesehatan, latar belakang keluarga, masalah, memberikan penjelasan masalah yang dihadapinya.
3. Perencanaan, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
Apabila data telah lengkap, maka bidan membantu klien untuk memecahkan masalah atau membuat perencanaan dalam pemecahan masalahnya. Tahapan dalam memecahkan masalah adalah: menjajagi masalah (menetapkan masalah yang dihadapi klien); memahami masalah (mempertegas masalah yang sesungguhnya); membatasi masalah (menetapkan batas-batas masalah); menjabarkan alternatif pemecahan masalah; mengevaluasi alternatif (menilai setiap alternatif dg analisis SWOT); memilih alternatif terbaik; menerapkan alternatif dan menindaklanjuti pertemuan.

E. Strategi Membantu Pengambilan Keputusan Klien
1. Teori Pengambilan Keputusan
Pola dasar berpikir pengambilan keputusan dalam konteks organisasi meliputi: (1) Penilaian situasi (Situational Approach): untuk menghadapi pertanyaan “apa yg terjadi?”. (2) Analisis persoalan (Problem Analysis): dari pola pikir sebab-akibat. (3) Analisis keputusan (Decision Analysis): didasarkan pada pola berpikir mengambil pilihan. (4) Analisis persoalan potensial (Potential Problem Analysis): didasarkan pada perhatian peristiwa masa depan, yang mungkin & dapat terjadi.
Inti Pengambilan Keputusan berarti memilih alternatif, alternatif yg terbaik (the best alternative). Pengambilan keputusan terletak dlm perumusan berbagai alternatif tindakan sesuai dengan yang sedang dalam perhatian & dalam pemilihan alternatif yang tepat. Pengambilan keputusan tersebut dilakukan setelah evaluasi/ penilaian mengenai efektifitasnya dlm mencapai tujuan yang dikehendaki pengambil keputusan.
Lingkungan Situasi Keputusan terdiri dari Lingkungan eksternal yang meliputi aspek sosial, budaya, ekonomi, politik, alam dan pembatasan-pembatasan suatu negara berupa “quota”. Sedangkan lingkungan internal meliputi mutu rendah, kurangnya promosi, pelayanan konsumen tidak memuaskan dan sales/ agen tidak bergairah. 
Upaya-Upaya Pengambilan Keputusan adalah untuk : (1) Membantu klien meninjau kemungkinan pilihannya; (2) Membantu klien dalam mempertimbangkan keputusan pilihan; (3) Membantu klien mengevaluasi pilihan; (4) Membantu klien menyusun rencana kerja.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan 
a) Fisik
Didasarkan pada rasa yang alami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.
b) Emosional
Didasarkan pd perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjective.
c) Rasional
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
d) Praktikal
Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.
e) Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang keorang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual.
f) Struktural
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.
3. Jenis-jenis Keputusan
Jenis-jenis keputusan diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu keputusan yang direncanakan/ diprogram dan keputusan yang tidak direncanakan/ tidak terprogram.
a) Keputusan yang diprogram
Keputusan yang diprogram merupakan keputusan yang bersifat rutin dan dilakukan secara berulang-ulang sehingga dapat dikembangkan suatu prosedur tertentu. Keputusan yang diprogram terjadi jika permasalahan terstruktur dengan baik dan orang-orang tahu bagaimana mencapainya. Permasalahan ini umumnya agak sederhana dan solusinya relatif mudah. Di perguruan tinggi keputusan yang diprogram misalnya keputusan tentang pembimbingan KRS, penyelenggaraan Ujian Akhir Semester, pelaksanaan wisuda, dan lain sebagainya (Gitosudarmo, 1997).
b) Keputusan yang tidak diprogram
Keputusan yang tidak diprogram adalah keputusan baru, tidak terstrutur dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Tidak dapat dikembangkan prosedur tertentu untuk menangani suatu masalah, apakah karena permasalahannya belum pernah terjadi atau karena permasalahannya sangat kompleks dan penting. Keputusan yang tidak diprogram dan tidak terstruktur dengan baik, apakah karena kondisi saat itu tidak jelas,metode untuk mencapai hasil yang diingankan tidak diketahui,atau adanya ketidaksamaan tentang hasil yang diinginkan(Wijono,1999).
Keputusan yang tidak diprogram memerlukan penanganan yang khusus dan proses pemecahan masalah dengan intuisi dan kreatifitas. Tehnik pengambilan keputusan kelompok biasanya dilakukan untuk keputusan yang tidak diprogram. Hal ini disebabkan oleh karena keputusan yang tidak diprogram biasanya bersifat unik dan kompleks, dan tanpa kriteria yang jelas, dan umumnya dilingkari oleh kontroversi dan manuver politik (Wijono, 1999). Gillies (1996), menyebutkan bahwa keputusan yang tidak diprogram adalah keputusan kreatif yang tidak tersusun, bersifat baru, dan dibuat untuk menangani suatu situasi dimana strategi/ prosedur yang ditetapkan belum dikembangkan.
4. Analisis keputusan (Decision Analysis):
Tujuan analisis keputusan (Decision Analysis):adalah untuk mengidentifikasi apa yg harus dikerjakan, mengembangkan kriteria khusus untuk mencapai tujuan, mengevaluasi alternatif yg tersedia yg berhubungan dg kriteria & mengidentifikasi risiko yg melekat pd keputusan tsb.
a) Keputusan dalam Uncertainty (ketidakpastian):
Pengambilan keputusan dalam ketidakpastian menunjukkan suasana keputusan dimana probabilitas hasil-hasil potensial tidak diketahui (tak diperkirakan). Dalam suasana ketidakpastian pengambil keputusan sadar akan hasil-hasil alternatif dalam bermacam-macam peristiwa, namun pengambil keputusan tidak dapat menetapkan probabilitas peristiwa.
b) Keputusan dalam situasi risk (dengan probability):
Tahap-tahap : Diawali dengan mengidentifikasikan bermacam-macam tindakan yang tersedia dan layak; Peristiwa-peristiwa yang mungkin dan probabilitas terjadinya harus dapat diduga dan Pay off untuk suatu tindakan dan peristiwa tertentu ditentukan.
Persoalan inventori sederhana dalam keadaan ada resiko : Kriteria nilai harapan (expected value) yang telah digunakan di atas juga diterapkan untuk memecahkan persoalan inventori sederhana.
c) Pengambilan keputusan dalam suasana konflik (game theory):
Adalah memusatkan analisis keputusan dalam suasana konflik dimana pengambil keputusan menghadapi berbagai peristiwa yang aktif untuk bersaing dengan pengambil keputusan lainnya, yang rasional, tanggap dan bertujuan memenangkan persaingan/ kompetisi.
5. Jenis-Jenis Pengambilan Keputusan
Jenis-Jenis Pengambilan Keputusan antara lain :
a) Pengambilan keputusan karena ketidak sanggupan: memberikan kajian berlalu, tanpa berbuat apa-apa. 
b) Pengambilan keputusan intuitif bersifat segera, terasa sebagai keputusan yang paling tepat dalam langsung diputuskan. 
c) Pengambilan keputusan yang terpaksa, karena sudah kritis: sesuatu yang harus segera dilaksanakan. 
d) Pengambilan keputusan yang reaktif: ”kamu telah melakukan hal itu untuk saya, karenanya saya akan melakukan itu untukmu” sering kali dilakukan dalam situasi marah atau tergesa-gesa. 
e) Pengambilan keputusan yang ditangguhkan: dialihkan pada orang lain, memberikan orang lain yang bertanggung jawab. 
f) Pengambilan keputusan secara berhati-hati: dipikirkan baik-baik, mempertimbangkan berbagai pilihan.
6. Elemen-Elemen Dasar Pengambilan Keputusan
a) Menetapkan tujuan
Pengambilan keputusan harus memiliki tujuan yang akan mengarahkan tujuannya, apakah spesifik dapat diukur hasilnya ataupun sasaran bersifat umum. Tanpa penetapan tujuan, pengambil keputusan tidak bisa menilai alternatif atau memilih suatu tindakan. Keputusan pada tingkat individu, tujuan ditentukan oleh masing-masing orang sesuai dengan sistem nilai seseorang. 
Pada tingkat kelompok dan organisasi, tujuan ditentukan oleh pusat kekuasaan melalui diskusi kelompok, konsensus bersama, pembentukan kualisi dan berbagai macam proses yang mempengaruhi. Ditambahkan oleh Wijono, bahwa tujuan harus dibagi menurut pentingnya, ada tujuan yang bersifat harus atau tidak bisa ditawar, dan ada tujuan yang bersifat keinginan, yang mana masih bisa ditawar.
b) Mengidentifikasi permasalahan
Proses pengambilan keputusan umumnya dimulai setelah permasalahan diidentifikasi. Permasalahan merupakan kondisi dimana adanya ketidaksamaan antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Permasalahan dalam organisasi dapat berupa rendahnya produktivitas, adanya konflik disfungsional, biaya operasional yang terlalu tinggi, pelayanan tidak memuaskan klien, dan lain-lain. 
Pengambilan keputusan yang efektif memerlukan adanya identifikasi yang tepat atas penyebab permasalahan. Jika penyebab timbulnya permasalahan tidak dapat diidentifikasi dengan tepat, maka permasalahannya yang ada tidak dapat diselesaikan dengan baik. Ada tiga kesalahan yang sering terjadi dalam mengidentifikasi permasalahan, yaitu mengabaikan permasalahan yang ada, pemusatan perhatian pada gejala dan bukan pada penybab permasalahan yang sebenarnya, serta melindungi diri karena informasi dianggap mengancan harga diri.
c) Mengembangkan sejumlah alternatif
Setelah permasalahan diidentifikasi, kemudian dikembangkan serangkaian alternatif untuk menyelesaikan permasalahan. Organisasi harus mengkaji berbagai informasi baik intern maupun ekstern untuk mengembangkan serangkaian alternatif yang diharapkan dapat memecahkan permasalahan yang terjadi. 
Pengembangan sejumlah alternatif memungkinkan seseorang menolak untuk membuat keputusan yang terlalu cepat dan membuat lebih mungkin pencapaian keputusan yang efektif. Proses pengambilan keputusan yang rasional mengharuskan pengambil keputusan untuk mengkaji semua alternatif pemecahan masalah yang potensial. Akan tetapi dalam kenyataannya seringkali terjadi bahwa proses pencarian alternatif pemecahan masalah seringkali terbatas.
d) Penilaian dan pemilihan alternatif
Setelah berbagai alternatif diidentifikasi, kemudian dilakukan evaluasi terhadap masing-masing alternatif yang telah dikembangkan dan dipilih sebuah alternatif yang terbaik. Alternatif-alternatif tindakan dipertimbangkan berkaitan dengan tujuan yang ditentukan, apakah dapat memenuhi keharusan atau keinginan. Alternatif yang terbaik adalah dalam hubungannya dengan sasaran atau tujuan yang hendak dicapai. Bidang ilmu statistik dan riset operasi merupakan model yang baik untuk menilai berbagai alternatif yang telah dikembangkan.
e) Melaksanakan keputusan
Jika salah satu dari alternatif yang terbaik telah dipilih, maka keputusan tersebut kemudian harus diterapkan. Sekalipun langkah ini sudah jelas, akan tetapi sering kali keputusan yang baik sekalipun mengalami kegagalan karena tidak diterapkan dengan benar. Keberhasilan penerapan keputusan yang diambil oleh pimpinan bukan semata-mata tanggung jawab dari pimpinan akan tetapi komitmen dari bawahan untuk melaksanakannya juga memegang peranan yang penting (Gillies, 1996; Gitosudarmo, 1997). 
Dalam mengevaluasi dan memilih alternatif suatu keputusan seharusnya juga mempertimbangkan kemungkinan penerapan dari keputusan tersebut. Betapapun baiknya suatu keputusan apabila keputusan tersebut sulit diterapkan maka keputusan itu tidak ada artinya. Pengambil keputusan membuat keputusan berkaitan dengan tujuan yang ideal dan hanya sedikit mempertimbangkan penerapan operasionalnya (Gitosudarmo, 1997).
f) Evaluasi dan pengendalian
Setelah keputusan diterapkan, pengambil keputusan tidak dapat begitu saja menganggap bahwa hasil yang diinginkan akan tercapai. Mekanisme sistem pengendalian dan evaluasi perlu dilakukan agar apa yang diharapkan dari keputusan tersebut dapat terealisir. Penilaian didasarkan atas sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan yang bersifat khusus dan mudah diukur dapat mempercepat pimpinan untuk menilai keberhasilan keputusan tersebut. 
Jika keputusan tersebut kurang berhasil, dimana permasalahan masih ada, maka pengambil keputusan perlu untuk mengambil keputusan kembali atau melakukan tindakan koreksi. Masing-masing tahap dari proses pengambilan keputusan perlu dipertimbangkan dengan hati-hati, termasuk dalam penetapan sasaran tujuan (Wijono, 1999; Gitosudarmo, 1997).

F. Hubungan Antar Manusia (Human Relation)
1. Pengertian HAM
Hubungan antar manusia mendasari interaksi dan komunikasi antara bidan dengan pasien dalam pelayanan kebidanan. Ciri hakiki “Human Relations“, yaitu : “Proses rohaniah yang tertuju kepada “kebahagiaan” berdasarkan watak, sifat, perangai, kepribadian, sikap, tingkah laku, dll; Aspek kejiwaan yang terdapat pada diri manusia. Proses rohaniah dengan perasaan bahagia ini berlangsung pada “Komunikasi Antar Persona”. Karena sifatnya “Dialogis“, maka masing-masing tahu, sadar, dan merasakan efeknya.
Cabot dan Kahl (1967) : HAM adalah suatu sosiologi yang konkret karena meneliti situasi kehidupan, khususnya masalah interaksi dengan pengaruh dan psikologisnya. Jadi, interaksi mengakibatkan dan menghasilkan penyesuaian diri secara timbal balik yang mencakup kecakapan dalam penyesuaian dengan situasi baru. 
H. Bonner (1975) : interaksi adalah hubungan antara dua atau lebih individu manusia dan perilaku individu yang satu mempengaruhi, mengubah, dan memperbaiki perilaku individu lain atau sebaliknya.
Keith Davis “Human Relation at Work” adalah interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam situasi kerja dan dalam organisasi kekaryaan. Ditinjau dari kepimpinannya, yang bertanggungjawab dalam suatu kelompok merupakan interaksi orang-orang menuju situasi kerja yang memotivasi untuk bekerjasama secara produktif, sehingga dicapai kepuasan ekonomi, psikologis dan sosial. 
Ferdinand Tonnies : menyatakan bahwa manusia dalam bermasyarakat mempunyai dua jenis pergaulan yaitu (1) Gemeinscaft, hal yang dialami oleh orang lain dirasakan sebagaimana terjadi pada dirinya olek karena pergaulannya yang sangat akrab. Sifatnya statis, pribadi, tidak rasional; (2) Gessellscaft, pergaulan yang mempertimbangkan untung dan ruginya sehingga anggota bebas keluar masuk dari kelompok tersebut.
HAM dalam arti luas adalah Komunikasi Persuasif yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan, sehingga menimbulkan kebahagiaan dan kepuasaan hati pada kedua belah pihak.
Suksesnya seseorang dalam melaksanakan “Human Relations” karena ia berkomunikasi secara etis, ramah, sopan, menghargai, dan menghormati orang lain. Human Relations ini dilakukan dimana saja —> di rumah, pasar, kampus, toko, dalam bis, kereta api, dan sebagainya. 
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa HAM merupakan Proses interaksi melibatkan perasaan, kata yg diucapkan dlm komunikasi, mencerminkan perasaan dan sikap, proses penyesuaian diri. Hubungan antar manusia secara luas mencoba menemukan, mengidentifikasi masalah dan membahas untuk mendapatkan pemecahan masalah. 
2. Tujuan HAM
Tujuan dari HAM adalah memanfaatkan pengetahuan tentang faktor sosial dan psikologis dalam penyesuaian diri manusia sehingga terjadi keselarasan dan keserasian, dengan konflik seminimal mungkin. Selain itu, dapat memenuhi kebutuhan antara individu yang satu dengan yang lain; memperoleh pengetahuan dan informasi baru; menumbuhkan sikap kerjasama; menghilangkan sikap egois/paling benar; menghindari dari sikap stagnan karena “manusia adalah makhluk homo socius”; mengubah sikap dan perilaku diri sendiri dan orang lain serta memberikan bantuan. 
3. Faktor-Faktor dalam HAM
 Faktor yang Mendasari Interaksi Sosial
Interaksi sosial melibatkan individu secara fisik maupun psikologis. Faktor utama dalam proses internalisasi antara lain :
1) Imitasi; adalah keadaan seseorang yang mengikuti sesuatu di luar dirinya/ meniru. Hal yang perlu diperhatikan sebelum meniru adalah mempunyai minat dan perhatian yang besar, sikap menjunjung tinggi, pandangan meniru akan memperoleh penghargaan sosial yang tinggi.
2) Sugesti; proses individu menerima cara pandang orang lain tanpa kritik lebih dulu. Syarat untuk mempermudah sugesti adalah (1) hambatan berpikir, akibat rangsangan emosi proses sugesti diterima secara langsung; (2) pikiran terpecah-pecah/ disasosiasi, mengalami pemikiran yang terpecah-pecah; (3) otoritas/ prestise, menerima pandangan dari seseorang yang memiliki prestise sosial tinggi; (4) mayoritas, menerima pandangan dari kelompok mayoritas; (5) kepercayaan penuh, penerimaan pandangan tanpa pertimbangan lebih lanjut.
3) Identifikasi; proses ini berlangsung secara sadar, irasional, berdasar perasaan, dan berkembang bahwa identifikasi berguna untuk melengkapi sistem norma-norma yang ada. Menurut Sigmund Freud “identifikasi” merupakan cara belajar norma dari orang tuanya.
4) Simpati; perasaan tertarik individu terhadap orang lain yang timbul atas dasar penilaian perasaan.
 Faktor yang Menentukan Interaksi Sosial
Cara seseorang melakukan interaksi sosial dengan menggunakan komunikasi antar individu atau komunikasi interpersonal. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan hubungan personal yang baik adalah :
1) Rasa percaya
Secara ilmiah “percaya” didefinisikan mangandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh resiko (Eiddin, 1967: 224-234).
Keuntungan rasa percaya kepada orang lain adalah meningkatkan komunikasi interpersonal (membuka saluran komunikasi, memperlancar pengiriman informasi, memperluas peluang mencapai tujuan); mengurangi hambatan interpersonal.
Faktor yang menumbuhkan rasa percaya adalah : (1) menerima, kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan berusaha mengendalikan; (2) empati, paham dengan keadaan orang lain; (3) kejujuran, menyebabkan perilaku dapat diduga.
2) Sikap Sportif
Sikap yang mengurangi sikap melindungi diri (defensif) dalam komunikasi yang terjadi dalam interaksi sosial. Jack R. Gibb mengemukakan enam perilaku yang menimbulkan sikap sportif.
Iklim defensif meliputi ; evaluasi, kontrol, strategi, netralitas, superioritas dan kepastian. Sedangkan iklim defensif meliputi : deskripsi, orientasi masalah, spontanitas, empati, persaamaan dan profesionalisme. 
 Evaluasi dan deskripsi. Evaluasi adalah penilaian terhadap orang lain, memuji atau mengecam. Deskripsi adalah penyampaian perasaan atau persepsi tanpa melakukan penilaian.
 Kontrol dan orientasi masalah. Perilaku kontrol artinya berusaha mengubah orang lain, mengendalikan, mengubah sikap, pendapat dan tindakannya. Orientasi masalah adalah mengkomunikasikan keinginan untuk bekerjasama mencari pemecahan masalah.
 Strategi dan spontanitas. Strategi adalah penggunaan tujuan atau manipulasi untuk mempengaruhi orang lain. Spontanitas artinya sikap jujur. 
 Netralitas dan Empati. Netralitas adalah sikap impersonal, memperlakukan orang lain sebagai objek. Empati artinya memperlakukan orang lain sebagaimana mestinya.
 Superioritas dan persamaan. Superioritas artinya seseorang lebih tinggi karena status, kekuasaan, kemampuan, intelektual, kekayaan atau kecantikan. Persamaan adalah sikap memperlakukan seseorang secara horisontal dan demokratis.
 Kepastian dan Profesionalisme. Individu yang memiliki kepastian bersifat dogmatis, egois, dan melihat pendapatnya merupakan kebenaran yang mutlak. Profesionalisme adalah kesediaan meninjau kembali pendapat orang lain. 
3) Sikap Terbuka dan Sikap Tertutup
Perbedaan karakteristik orang yang terbuka dan orang yang tertutup.
Sikap terbuka : Menilai pesan secara objektif dengan menggunakan data dan keajegan logika; membedakan dengan mudah, melihat suasana ; berorientasi pada isi pesan; mencari informasi dari berbagai sumber; lebih bersifat profesionalisme dan berusaha mengubah kepercayaan; mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaan.
Sikap tertutup : menilai pesan berdasarkan motif; berpikir simplisis tanpa suasana; bersandar pada banyak sumber pesan daripada isi pesan; kaku dan memegang teguh sistem kepercayaan; menolak dan mengabaikan pesan yang tidak konsisten dengan sistem kepercayaan.
4. Teknik-Teknik HAM
Teknik hubungan antar manusia terbagi dalam :
a) Tindakan sosial
Menurut Max Weber, tindakan sosial adalah tindakan seorang individu yang dapat mempengaruhi individu lain dalam masyarakat. Tindakan sosial dibedakan menjadi :
1) Tindakan rasional instrumental : tindakan yang memperhitungkan kesesuaian antara cara dan tujuan atau antara efisiensi dengan efektifitas.
2) Tindakan rasional berepresati nilai : tindakan yang berkaitan dengan nilai dasar dalam masyarakat.
3) Tindakan tradisional : tindakan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan adat istiadat atau kebiasaan.
4) Tindakan afektif : tindakan yang dilakukan seseorang atau kelompok berdasarkan perasaan atau emosi.
b) Kontak sosial
Kontak sosial adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan terjadinya awal interaksi sosial. Kontak sosial dibedakan : (a) cara pihak yang berkomunikasi; baik langsung maupun tidak langsung; (b) cara terjadinya; kontak primer maupun kontak sekunder.
c) Komunikasi sosial
Proses komunikasi terjadi saat kontak sosial berlangsung. Secara harfiah komunikasi merupakan hubungan atau pergaulan dengan orang lain.
5. Teori hubungan antar manusia
a) Teori transaksi (model pertukaran sosial)
HAM berlangsung mengikuti kaidah transaksional.
b) Teori peran
Pergaulan sosial sudah ada skenario yang disusun oleh masyarakat yang mengatur apa dan bagaimana peran tiap orang dalam pergaulannya.
c) Teori permainan
Klarifikasi manusia terbagi menjadi tiga yaitu anak-anak, dewasa dan orang tua. Masing-masing individu mempunyai sifat yang khas.
6. Konsep Diri
Definisi Konsep Diri menurut Wiiliam D. Brooks adalah those physical, social, and psychological perceptions of ourselves that we have derived from experiences and our interaction with others. 
Konsep diri merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan dalam komunikasi antar pribadi. Kunci keberhasilan hidup adalah konsep diri positip. Konsep diri memainkan peran yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan hidup seseorang, karena konsep diri dapat dianalogikan sebagai suatu operating sistem yang menjalankan suatu komputer. Konsep diri dapat mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang. Konsep diri yang jelek akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri, tidak berani mencoba hal-hal baru, tidak berani mencoba hal yang menantang, takut gagal, takut sukses, merasa diri bodoh, rendah diri, merasa diri tidak berharga, merasa tidak layak untuk sukses, pesimis, dan masih banyak perilaku inferior lainnya.
Sebaliknya orang yang konsep dirinya baik akan selalu optimis, berani mencoba hal-hal baru, berani sukses, berani gagal, percaya diri, antusias, merasa diri berharga, berani menetapkan tujuan hidup, bersikap dan berpikir positip, dan dapat menjadi seorang pemimpin yang handal.
Komunikan yang berkonsep diri positip adalah Komunikan yang Tembus Pandang1 (transparent). Faktor yang mempengaruhi: orang lain, significant others, reference group. Dua macam konsep diri adalah sebagai berikut :
a) Konsep diri negatif : peka pada kritik; responsif sekali pada pujian; hiperkritis; cenderung merasa tidak disenangi orang lain; bersikap pesimitis pada kompetensi.
b) Konsep diri positif : yakin akan kemampuan mengatasi masalah; merasa setara dengan orang lain; menerima pujian tanpa rasa malu; sadar akan keinginan dan perilaku tidak selalu disetujui oleh orang lain; mampu memperbaiki diri.
Hal-hal yang perlu dipahami tentang konsep diri adalah :
a) Dipelajati melalui pengalaman dan interaksi individu dengan orang lain.
b) Berkembang secara bertahap.
c) Ditandai dengan kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan (positif).
d) Negatif ditandai dengan hubungan individu dan sosial yang mal adaptif.
e) Merupakan aspek kritikal yang mendasar dan pembentukan perilaku individu.
Komponen konsep diri adalah :
a) Gambaran diri, adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik sadar maupun tidak sadar. Meliputi : performance, potensi tubuh, persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh.
b) Ideal diri, adalah persepsi individu tentang perilakunya yang disesuaikan dengan standar pribadi yang terkait dengan cita-cita.
c) Harga diri, adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai dengan cara menganalisis seberapa jauh perilaku individu tersebut.
d) Peran diri, adalah pola perilaku sikap nilai dan aspirasi yang diharapkan individu berdasarkan posisinya dimasyarakat.
e) Identitas diri, adalah kesadaran akan diri pribadi yang bersumber dari pengamatan dan penilaian sebagai sintesis semua aspek konsep diri sebagai sesuatu yang utuh.
7. Teori Johary Windows
Hubungan antara konsep diri dan membuka diri dapat dijelaskan dengan Johari Window. Penjelasan Johari Window tentang tingkat keterbukaan dan tingkat kesadaran tentang diri kita.
Joseph Luft dan Harrington Ingham , mengembangkan konsep Johari Window sebagai perwujudan bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain yang digambarkan sebagai sebuah jendela. ’‘Jendela’’ tersebut terdiri dari matrik empat sel, masing-masing sel menunjukkan daerah self (diri) baik yang terbuka maupun yang disembunyikan. Keempat sel tersebut adalah daerah publik, daerah buta, daerah tersembunyi, dan daerah yang tidak disadari. 
Open area adalah informasi tentang diri kita yang diketahui oleh orang lain seperti nama, jabatan, pangkat, status perkawinan, lulusan mana, dll. Ketika memulai sebuah hubungan, kita akan menginformasikan sesuatu yang ringan tentang diri kita. Makin lama maka informasi tentang diri kita akan terus bertambah secara vertikal sehingga mengurangi hidden area. Makin besar open area, makin produktif dan menguntungkan hubungan interpersonal kita.
Hidden area berisi informasi yang kita tahu tentang diri kita tapi tertutup bagi orang lain. Informasi ini meliputi perhatian kita mengenai atasan, pekerjaan, keuangan, keluarga, kesehatan, dll. Dengan tidak berbagi mengenai hidden area, biasanya akan menjadi penghambat dalam berhubungan. Hal ini akan membuat orang lain miss komunikasi tentang kita, yang kalau dalam hubungan kerja akan mengurangi tingkat kepercayaan orang.
Blind area yang menentukan bahwa orang lain sadar akan sesuatu tapi kita tidak. Misalnya bagaimana cara mengurangi grogi, bagaimana caranya menghadapi dosen A, dll. Sehingga dengan mendapatkan masukan dari orang lain, blind area akan berkurang. Makin kita memahami kekuatan dan kelemahan diri kita yang diketahui orang lain, maka akan bagus dalam bekerja tim.
Unknown area adalah informasi yang tidak diketahui oleh orang lain dan diri kita. Sampai kita dapat pengalaman tentang sesuatu hal atau orang lain melihat sesuatu akan diri kita bagaimana kita bertingkah laku atau berperasaan. Misalnya ketika pertama kali seneng sama orang lain selain anggota keluarga kita. Kita tidak pernah bisa mengatakan perasaan “cinta”. Jendela ini akan mengecil sehubungan kita tumbuh dewasa, mulai mengembangkan diri atau belajar dari pengalaman
Daerah publik adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh dirinya dan orang lain. Daerah buta adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh orang lain tetapi tidak diketahui oleh dirinya.
Daerah tersembunyi adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh diri sendiri tetapi tidak diketahui oleh orang lain.






BAB V
PENUTUP


A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah dia atas dapat diambil beberapa kesimpulah, diantaranya adalah :
1. Komunikasi adalah perhubungan atau proses pemindahan dan pengoperan arti, nilai, pesan melalui media atau lambang-lambang apakah itu bahasa lisan, tulisan ataupun isyarat.
2. Komunikasi adalah : seni penyampaian informasi (peran, message, ide,sikap atau gagasan) dari komunikator untuk merubah serta permohonan yang dikehendaki komunikator. Jadi proses penyampaian informasi berdaya guna bagi komunikator maupun komunikan
3. Komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpesonal antara bidan dengan pasien, dalam hubungan ini bidan dan pasien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional pasien. 
4. Konseling kebidanan adalah bantuan kepada orang lain dalam bentuk wawancara yang menuntut adanya komunikasi, interaksi yang mendalam dan usaha bersama antara konselor (bidan) dengan konseli (klien) untuk mencapai tujuan konseling yang dapat berupa pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan ataupun perubahan tingkah laku/ sikap dalam ruang lingkup pelayanan kebidanan

B. Kata Penutup
Alhamdulillah, berkar rahmat, nikmat kesehatan dan hidayah Allah SWT penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusun menyadari akan kemampuan dan keterbatasan pengetahuan, sehingga tentunya banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penyusun mengharap saran dan kritik yang membangun dari semua pihak untuk perbaikan dan penyempurnaan.
Akhirnya penyusun berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun dan pembaca pada umumnya. Amin..
DAFTAR PUSTAKA

Christina, dkk., 2003, Komunikasi Kebidanan, Jakarta: EGC.

http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_15.html

http://organisasi.org/pengertian-masyarakat-unsur-dan-kriteria-masyarakat-dalam-kehidupan-sosial-antar-manusia

http://www.nabble.com/Tiga-Teori-Hubungan-Antar-Manusia-td6240570.html

http://mubarok-institute.blogspot.com/2006/09/tiga-teori-hubungan-antar-manusia.html

http://wangmuba.com/tag/pengertian/

http://aishalife-line.blogspot.com/2009/06/dokter-dan-pasien.html. http://syakira blog.blogspot.com/2009/01/elemen-elemen-dasar-dalam-pengambilan.htmlelemen

http://www.fk.undip.ac.id/pengembangan-pendidikan/78-clinical-reasoning-dan-berpikir-kritis.html. 

klana.files.wordpress.com/2007/06/teori-pengambilan-keputusan.ppt 

Saraswati. 2002.Komunikasi Efektif. Penulis Modul: Jakarta.

Suparyanti, R. 2008. Handout Komunikasi Pada Bayi dan Anak.

  .2008. Handout Komunikasi Terapeutik.

Suryani. 2005. Komunikasi Terapeutik Teori Dan Praktik. Jakarta : EGC.

Tyastuti, dkk., 2008, Komunikasi & Konseling Dalam Praktik Kebidanan, Yogyakarta: Fitramaya.

Uripni, L. 2003. Komunikasi Kebidanan. Jakarta : EGC.

Vardiyansah, 2004, Pengantar Ilmu Komunikasi, Bogor: Ghalia Indonesia.

Wiryanto, DR., 2006, Pengantar Ilmu Komunikasi, Cetakan Ketiga, Jakarta: PT Grasindo.

www. strategi membantu klien dalam mengambil keputusan html.go.co.id


;;